22 – 05 – 2021
PERTANYAAN YANG MENGGELITIK
Dear, Homo Sapiens.
Karena sekarang profesi saya sebagai terapis, ada beberapa teman lama yang datang untuk bertanya perihal keterampilan dan ada juga sahabat yang memancing untuk bercerita secara jujur apa adanya, tidak ditambah dan tidak dikurang tentang suatu hal yang pernah dialami dan sedang dijalani. Mulai dari pertanyaan, “Apa yang membuat saya memilih jalan sebagai seorang terapis? Apakah keuntungannya menjadi terapis? Bagaimana klien tahu jika saya dan klien cocok? Jenis terapi apa yang saya tawarkan? Gaya komunikasi bagaimana yang tersaji untuk klien? Cara terapi apa yang tepat untuk anak usia dini yang memiliki masalah mental? Siapa saja yang membutuhkan terapi saya? Hingga ada pertanyaan yang menggelitik, “Eh ya, btw kan pasien lu banyak nih ya dan ga hanya laki-laki. Itu gimana cara lu dalam menahan nafsu, Jar? Sedangkan ya gairah masih muda kan hasrat nafsunya masih tinggi? Belum lama ia mengajukan pertanyaan ini, saya langsung saja menimpali “Ada etika professional yang gua pegang kan." Tak lama ia membalas lagi, “Oke etika. Tapi apa nafsu sudah bisa dimatikan? Wkwkwk". Ujar teman lama saya penasaran.
Kebetulan pertanyaan penasaran itu ditanyakan via chat Whats App. Saat selesai membaca pertanyaan terakhir, saya tertawa geli sebab pertanyaan teman lama yang out of the box. Tak disangka, mengapa bisa pertanyaan itu keluar dari isi kepalanya. Bahkan kala itu membuat saya terpingkal-pingkal sebab merasa geli membacanya. Namun, setelah dipikir-pikir secara mendalam, malah saya bertanya-tanya pada diri saya. “Ih, iya juga ya, kenapa Saya tidak berhasrat saat menangani klien lawan jenis? Kenapa saya tidak ada pikiran kesana ya? Jangan-jangan saya tidak normal?”
Ehh, setelah saya memikirkan apa yang dipikirkan, tiba-tiba sisi lain diri saya mengajak bercengkrama, katanya “Untuk apa juga berhasrat berbuat tidak sesuai pada tujuan awal? Niat awal lu kan menerapi bukan lain-lain. Udah ah baiknya di cukupkan, ngapain juga kepikiran terlalu lama karena pertanyaan teman lama lu yang mencerminkan dirinya. Ingat aje perkataan sakti dari mentor lu tentang kehendak yang menggugah? Coba deh merasa secara mendalam, sadari lagi secara utuh dan menyeluruh. Ingat-ingat lagi!” Ketika berusaha berpikir dan merasa secara mendalam. Akhirnya saya menemukan apa yang dimaksud oleh diri yang didalam. Belum saja saya ungkapkan ke luar, diri saya yang didalam langsung menimpali. “Yap tepat, kita sebagai manusia telah diberi kebebasan oleh Tuhan untuk berkehendak dan Tuhan pun memberi kebebasan untuk bebas memilih ketetapan.”
Sekilas setelah membaca pertanyaan penasaran itu betul-betul menggelitik, namun ternyata seru dan asyik jika memikirkan apa yang dipikir, merasa apa yang dirasa sebab pertanyaan yang mulanya membuat saya tergelitik. Hihi
Jika Anda seorang terapis, bolehkah saya tahu bagaimana cara Anda menaggapi pertanyaan unik tersebut? Awas saja sampai Anda terpikirkan pertanyaan yang menyangkal seperti, “Kalau misalnya kena bujuk rayu setan bagaimana? Kan bisa jadi itu dipangaruhi dari luar, bukan tindakan kita secara sengaja?” Sebab itu berusahalah sekuat tenaga untuk jangan lengah, terus awas. Paku kecil bisa membuat luka infeksi, jangan terperosok lubang hingga terjerembab jurang. Perhatikan tiap-tiap langkah dan tindakan. Usahakan tindak tanduke (perilakunya) dikontrol. Lagian ngapain juga sih kok setan selalu saja di kambing hitamkan? Kasian lho si setan kalau terus-terusan menjadi alasan akan setiap tindak tanduke Anda yang tidak senonoh.
Barangkali Anda memerlukan kata-kata sakti dari mentor saya tentang kebebasan berkehendak, silakan tanamkan sekaligus manifestasikan saja khusus untuk diri Anda. Selamat menempuh hidup dengan menyadari secara penuh dan kehadiran yang utuh.
Salam Berpikir Merasa Bertindak Positif,
Nuzulul Fajar
Weh keren juga! Tapi ada beberapa bagian nih yang perlu diperbaiki, contohnya kek penggunaan tanda baca, kek tanda petik ("") dalam percakapan masih kurang rapi, penulisan istilah asing yang keliru, harusnya Whatsapp, buka. Whats App.
BalasHapusLagi-lagi masukan yang sangat berguna untukku. Terimakasih, Pak. 😁
HapusTindakan manusia tergantung dari niatannya. Sesimpel itu aja :D
BalasHapusBtw, akhirnya bisa baca cerita-cerita yang biasanya cuma diunggah di status Whatsapp melalui blog ini. Semangat terus berbagi kebaikan, Fajar :))
Harapannya ngga berhenti sampai di status whatsapp dan di Blog, Teh. Tapi di buku kan juga, supaya jadi penulis serupa Teteh hihi
Hapus