CERITA: Obrolan di Warung Kopi yang Bikin Ustadz Nyerah
Di sebuah warung kopi dekat kampus,
ada obrolan panas antara tiga orang:
- Aab, mahasiswa psikologi
- Ustadz Miqdam, dai muda yang aktif di kajian
- Pak Juki, tukang ojek yang suka baca Al-Qur’an sambil nunggu penumpang
Topiknya:
"Setan dan kesurupan itu nyata nggak sih?"
Ustadz Miqdam langsung angkat suara: “Jelas nyata! Setan itu makhluk halus, diciptakan dari api, suka goda manusia, masuk ke tubuh lewat telinga, dan bikin orang kesurupan, teriak-teriak, sampai harus dipanggilkan guru spiritual!”
Aab nyeruput kopi, lalu senyum: “Kalau setan bisa masuk lewat telinga… berarti dia kena otitis eksterna, Pak Ustadz.”
Semua tertawa.
Termasuk Ustadz Miqdam.
Tapi dia balik: “Kamu mau bantah dalil dengan canda?”
Aab santai: “Nggak, Pak. Saya mau bantah kebingungan dengan fakta. Boleh saya tanya: Kalau setan itu nyata, kenapa nggak pernah muncul di rekaman MRI? Kenapa nggak pernah ketangkap kamera inframerah? Kenapa nggak pernah dikirim ke lab forensik?”
Ustadz Miqdam bengong.
Pak Juki ikut nimbrung: “Wah, ini pertanyaan yang bikin jantung berdebar, Mas.”
Aab lanjut: “Saya nggak bilang setan itu nggak ada. Tapi saya bilang: apa yang selama ini kita sebut ‘kesurupan’, mungkin bukan karena jin — tapi karena otak kita yang sedang kolaps.
Ini Fakta yang Bikin Kita Mikir Ulang
1. Kesurupan = Dissociative Trance Disorder (Gangguan Trance Disosiatif)
- Dikonfirmasi oleh WHO dan DSM-5 (buku panduan gangguan jiwa dunia).
- Gejala:
- Suara berubah
- Tidak sadar
- Gerakan kaku
- Amnesia setelah kejadian
Sama persis dengan "KESURUPAN".
- Tapi penyebabnya? Stres berat, trauma, tekanan sosial, konflik batin, bukan MAKHLUK HALUS.
Seperti HP yang HANG karena terlalu banyak aplikasi dibuka, otak juga bisa freeze saat terlalu banyak beban.
2. Suara yang Dikira "Jin Bicara"? Itu Bagian Otak yang Terpisah
- Studi di University College London membuktikan: Orang yang mendengar suara (termasuk saat "kesurupan") punya aktivitas berlebih di area Broca — pusat bicara otak. Tapi mereka tidak sadar kalau suara itu dari diri sendiri.
JADI, BUKAN JIN.
Tapi otak yang memisahkan diri dari kesadaran — karena terlalu sakit.
Bukan kerasukan. Tapi disosiasi.
Seperti kamu mimpi, lalu bilang: "Aku nggak sadar, tiba-tiba nangis."
Padahal kamu yang nangis. Tapi tidak sadar.
3. "Jin Keluar Setelah Didoain"? Itu Efek Placebo & Regulasi Emosi
- Saat orang dibacakan ayat suci, ditenangkan, didoakan:
- Napas melambat
- Detak jantung turun
- Otak melepas serotonin & endorfin
- Sistem saraf parasimpatis aktif → tubuh rileks
Itu bukan jin keluar.
Itu tubuh yang akhirnya bisa bernapas lagi.
Seperti bayi yang menangis keras, lalu ketika dipeluk, langsung tenang. Bukan karena setan pergi. Tapi karena dia merasa aman.
Spiritualitas yang Sehat: Bukan Menyalahkan, Tapi MEMAHAMI
Aab menatap Ustadz Miqdam: “Saya nggak menyalahkan ritual. Doa itu obat. Ayat suci itu penenang. Tapi kalau kita terus bilang: ‘Ini jin, ini sihir, ini guna-guna’ padahal yang terjadi adalah trauma, stres, atau gangguan jiwa — kita bukan menolong. Kita MENUNDA PENYEMBUHAN. Kita kasih orang pemahaman yang salah, lalu kita salahkan dia karena sakit. Padahal dia butuh EMPATI, TERAPI, dan LINGKUNGAN YANG AMAN."
Ustadz Miqdam diam.
Lama.
Lalu berkata: “Kalau begitu… selama ini, mungkin saya bukan menyembuhkan. Saya hanya menenangkan — tanpa tahu akar masalahnya.”
Aab mengangguk: “Tapi itu langkah pertama. Sekarang, kita bisa gabungkan:
Doa untuk ketenangan.
Terapi untuk pemulihan.
Dan ilmu untuk tidak salah diagnosa.”
Pak Juki menimpali:
“Jadi, jin itu mungkin ada...
Tapi yang sering masuk ke tubuh manusia… itu namanya STRES, trauma, dan rasa bersalah yang nggak terselesaikan.”
Semua tertawa.
Tapi di balik tawa itu,
ada yang MULAI MEMPERTANYAKAN ULANG.
Komentar
Posting Komentar