KEMAHIRAN BARU UNTUK MENCIPTAKAN SIKAP KOOPERATIF
Oleh: Nuzulul Fajar
Setiap orang yang dilahirkan mempunyai kemampuan bawaan untuk memengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Semua orang memiliki potensi untuk mengembangkan suatu kesadaran hati nurani tetapi kemampuan itu harus dipupuk agar dapat terwujud.
Bila seorang anak manusia dihubungkan dengan kesadaran hati nurani dalam dirinya mereka akan berprilaku baik tetapi tidak patuh secara membuta. Mereka menghormati orang lain, bukan karena takut, tetapi karena mereka merasa baik. Mereka bersedia dan mampu bernegosiasi. Mereka dapat berpikir sendiri. Mereka bersedia menentang tokoh pemegang kekuasaan. Mereka kreatif, bersikap kooperatif, kompeten, mengerti perasaan orang lain, penuh keyakinan, dan penuh kasih. Dengan mengetahui dan menerapkan kemahiran untuk menciptakan sikap kooperatif, tugas kita menjadi lebih mudah kalau kita memiliki kemahiran untuk bersikap koperatif, bukan memerintah. Apalagi jika orang tua yang memiliki keahlian untuk mahir bersikap kooperatif. Tidak pernah terlambat bagi orang tua menerapkan kemahiran ini. Seringkali kemahiran ini membantu Ayah dan Ibu sendiri untuk saling berkomunikasi dengan lebih baik.
Mintalah, Tetapi Jangan Memerintah atau Menuntut
Menciptakan sikap kooperatif adalah menanamkan dalam diri seseorang suatu kemauan untuk mendengarkan dan siap 86 terhadap permintaan kita. Langkah pertama adalah mengetahui bagaimana kita mengarahkan seseorang secara paling mangkus dan sangkil. Apakah dengan cara memerintah terus-menerus akan selalu mempen? Ingat sekaligus pikirkanlah pengalaman Anda sendiri di lingkungan Anda. Apakah Anda mau seseorang terus-menerus mengatakan apa yang harus Anda lakukan? Bayangkan saja, apakah Anda sendiri tidak akan menutup telinga kalau seseorang terus memerintah Anda sepanjang waktu?
Dalam satu hari penuh hidup seseorang itu sudah terisi banyak perintah, misalnya: Singkirkan ini, jangan taruh barang itu di sana, kalau berbicara jangan begitu, sikat gigimu mulutmu bau, rapikan bajumu, naikkan resletingmu, sapu kamarmu, kumpulkan sampah itu, makan sayurmu, gunakan sendok dan garpumu, jangan main-main dengan makananmu, jangan melempar barang seenak jidatmu, jangan kau tolak cintaku, ikat tali seputumu, rapikan kamarmu, ayo matikan lampu, segera turun, hati-hati, kalau sudah sampai kabari, jangan berteriak-teriak dan begitu terus, selalu berulang-ulang. Tahukah Anda bahwa perintah yang diulang-ulang memperlemah jalur komunikasi?
Alternatif dalam meminta seseorang melalukan sesuatu secara positif sebagai ganti memerintah, menuntut dan melarang-larang, adalah meminta. Kalau boleh jujur, apakah Anda tidak lebih senang dimintai tolong figur otoritas Anda (atau teman hidup Anda) daripada diperintah? Anda pasti akan siap sedia dan pastinya akan lebih tanggap. Memang benar, ini hanya pergeseran kecil tetapi memerlukan banyak latihan. Misalnya, daripada berkata, "Sikat gigimu," coba katakan, "Kamu mau kan sikat gigi dulu?" Atau daripada berkata, "Jangan berteriak-teriak!" Ada baiknya katakan, "Kamu mau kan berhenti berteriak?" Daripada berkata, "ikat tali sepatumu," amat baik katakan, "Mau kan kamu mengikat tali sepatumu?" Dibanding mengatakan, "Rapihkan kamarmu," sebaiknya katankan, " Kamu mau kan merapikan kamarmu?"
Untuk memotivasi sikap kooperatif sedari awal kita harus jelas dan tegas mengenai apa yang kita inginkan dari seseorang. Pertama-tama yang paling utama kita harus mengutarakan permintaan kita dengan cara yang mengundang sikap kooperatif.
Selagi Anda meminta seseorang melakukan sesuatu, ingatlah selalu untuk menggunakan kata "Kamu Mau Kan". Selamat mencoba.
Jangan Memberi Kuliah
Kita sama-sama sudah mengetahui perihal "Setiap orang yang dilahirkan mempunyai kemampuan bawaan untuk memengetahui apa yang benar dan apa yang salah." Jadi untuk apa memberikan kuliah panjang tentang apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang buruk. Kalau memberikan kuliah tentang baik dan buruk diberikan untuk memotivasi kelakuan, seseorang akan melepaskan kesediaan bersikap kooperatif, dan sebagai gantinya akan mencoba memilah-milah mana yang benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.
Satu-satunya saat memberi kuliah kepada seseorang, berapa pun umurnya, adalah bila mereka meminta. Fakta berbicara, banyak orang tua mengeluh bahwa anak-anak mereka tidak mau bercengkrama dengan mereka. Kira-kira apa yang menyebabkan seorang anak tidak ingin bercengkrama dengan orang tuanya? Hal itu terjadi terutama karena orang tua memberikan terlalu banyak nasihat dan terlalu banyak kuliah. Anak-anak terutama tidak akan mendengarkan kalau orang tua menggunakan kuliah untuk memotivasi mereka melakukan sesuatu atau untuk mengatakan bahwa mereka salah. Pada kedua saat itu, kuliah tidak hanya tidak di dengarkan tetapi akan menghasilkan reaksi sebaliknya.
Kata Ajaib untuk Menciptakan Sikap Kooperatif
Selain perlunya menggunakan kata "kamu mau kan", kata-kata yang ringkas, positif, langsung dan berterus terang dalam mengajukan permintaan kepada seseorang, ada hal lain yang harus diingat. Ini sangat penting. Gunakan kata yang paling kuat untuk menciptakan sikap kooperatif, yakni "ayo kita," atau "mari kita."
Sedapat mungkin, ajaklah seseorang yang ingin Anda minta sesuatu darinya berperan serta dalam aneka kegiatan dengan Anda. Bahkan selagi kita harus minta seseorang melakukan sesuatu, misalnya, "Kamu mau kan merapihkan kamarmu?" Kita dapat menyampaikan ajakan sebelum atau sesudah permintaan itu, misalnya, "Ayo kita siap-siap berangkat ke pesta." Dengan menggabung permintaan dengan ajakan ikut dalam kegiatan kita, sikap kooperatif seseorang akan bertambah.
Menciptakan sikap kooperatif sebenarnya tidak begitu sulit, tetapi membutuhkan banyak latihan. Suatu tugas akan menjadi lebih mudah kalau kita selalu membuat permintaan singkat, bukan memerintah.
Mintalah, jangan memerintah.
Buatlah seseorang merasa bahwa mereka sedang bersikap kooperatif dan bukannya terpaksa patuh.
Gunakan kata "kamu mau kan" dengan tambahan "tolong, ya."
Jangan Memberikan Kuliah
Bila mungkin, tambahkan ajakan dengan kata "ayo kita," atau "mari kita."
Mengingat penggunaan kata ajaib "Ayo Kita," dan "Mari Kita" memang memerlukan latihan, tetapi lama kelamaan kata itu akan keluar dengan sendirinya.
Mari bersama-sama setiap hari kita berlatih menciptakan sikap kooperatif untuk menuju suatu tujuan agar dapat sama-sama berdaya untuk menjalani suatu kehidupan dengan baik dan penuh kehormatan.
Komentar
Posting Komentar