Langsung ke konten utama

MEMBUKA KITAB

 7 Januari 2021


Di antara nama baik dan badan/raga, mana yang lebih berharga? Di antara badan/raga dan harta benda, mana yang lebih penting? Memperoleh nama dan harta dibandingkan kehilangan nyawa, mana yang paling merugikan? Karenanya, terlalu sayang/serakah, pasti juga akan besar kehilangan biayanya; terlalu banyak menyimpan barang-barang berharga, pasti juga akan mendatangkan bahaya besar. Hanya yang tahu diri baru bisa terlepas dari kehinaan; tahu kapan saatnya harus berhenti akan lebih selamat sehingga bisa bertahan dan hidup lebih lama. 


Sore ini baru saja saya membuka Kitab DAO DE JING; Kitab Suci Utama Agama Tao yang dibawa oleh Nabi Lao Zi. Dalam bab TAHU DIRI ia menguraikan secara terang tentang tujuan hidup yang lebih penting bagi manusia. Menurut beliau, seharusnya manusia lebih mementingkan KESEHATAN dan PANJANG UMUR daripada serakah mengejar NAMA dan HARTA BENDA. 


Terlalu serakah mengejar NAMA, JABATAN, dan HARTA BENDA akan banyak menguras tenaga dan daya kemampuan hidup manusia, sedangkan daya kemampuan hidup manusia itu terbatas sehingga kalau terlalu dipaksakan, jelas akan lebih banyak merugikan kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Namun, sesungguhnya mengejar NAMA BAIK dan HARTA itu sendiri tidak ada salahnya, yang harus dihindari adalah KESERAKAHAN/SIFAT YANG TIDAK PERNAH PUAS DIRI dan SIFAT YANG TIDAK BISA TAHU DIRI. 


Dengan demikian, Nabi Lao Zi lebih menekankan untuk bertindak bijaksana dalam memandang masalah NAMA, JABATAN, dan HARTA BENDA di kehidupan manusia. Kita dianjurkan untuk lebih mementingkan KESEHATAN dan UMUR PANJANG dengan belajar bagaimana caranya supaya bisa lebih TAHU DIRI sehingga bisa memutuskan saat yang tepat untuk berhenti dalam mengejar sesuatu dan terhindar dari segala bahaya yang akan menyusahkan hidup kita. Jangan sampai gara-gara ingin dipandang lebih hebat dari orang lain, kita lalu menggunakan segala cara untuk memperoleh harta kekayaan, ketenaran nama, dan kedudukan! Padahal, untuk melakukan semua itu, kita menghabiskan banyak tenaga dan pikiran serta menggadaikan seluruh hati nurani. Sementara kalau ingin jujur, akhirnya yang kita peroleh hanyalah GENGSI semu belaka. 


Mari kita latih diri supaya tahu!

Salam dari Krapyak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesurupan Setan?

 CERITA: Obrolan di Warung Kopi yang Bikin Ustadz Nyerah Di sebuah warung kopi dekat kampus,  ada obrolan panas antara tiga orang:  - Aab, mahasiswa psikologi  - Ustadz Miqdam, dai muda yang aktif di kajian  - Pak Juki, tukang ojek yang suka baca Al-Qur’an sambil nunggu penumpang  Topiknya:  "Setan dan kesurupan itu nyata nggak sih?" Ustadz Miqdam langsung angkat suara: “Jelas nyata! Setan itu makhluk halus, diciptakan dari api, suka goda manusia, masuk ke tubuh lewat telinga, dan bikin orang kesurupan, teriak-teriak, sampai harus dipanggilkan guru spiritual!” Aab nyeruput kopi, lalu senyum: “Kalau setan bisa masuk lewat telinga… berarti dia kena otitis eksterna, Pak Ustadz.”  Semua tertawa.  Termasuk Ustadz Miqdam.  Tapi dia balik: “Kamu mau bantah dalil dengan canda?”  Aab santai: “Nggak, Pak. Saya mau bantah kebingungan dengan fakta.  Boleh saya tanya:  Kalau setan itu nyata, kenapa nggak pernah muncul di rekaman MRI? K...

Menghitung Uang, Waktu, dan Risiko

 Judul: Naka, Layya, dan Anin: Menghitung Uang, Waktu, dan Risiko Di sebuah kafe kecil dengan meja kayu yang sederhana, Naka, Layya, dan Anin berkumpul sambil berbagi cerita. Di antara suara gelas dan obrolan ringan yang ramai, Mereka membahas sesuatu yang nyata, sering dianggap remeh tapi penting di kehidupan ini: uang, waktu, dan risiko. Naka: "Kenapa Uang Itu Selalu Jadi Topik Penting?" Naka membuka percakapan dengan serius, “Kenapa sih, uang itu selalu jadi topik yang bikin semua orang serius? Aku lihat Ayah dan Ibu sering bicara soal anggaran, Kadang mereka terlihat khawatir, kadang mereka terlihat lega setelah membuat perhitungan.” Anin tersenyum sambil menyeruput teh, “Karena uang itu alat, Naka, bukan tujuan. Ayahku bilang, ‘Anin, uang itu bukan segalanya, Tapi kalau kamu nggak bisa mengelolanya, kamu bisa kehilangan banyak hal yang penting di dunia.’” Layya menimpali, “Benar. Ibu bilang, uang itu seperti benih, Kalau kamu tanam dengan baik, dia akan tumbuh menjadi po...

Petani dan Air Hujan

Cerita Singkat: Petani dan Air Hujan Di sebuah desa, hidup seorang petani muda yang rajin.   Setiap pagi dia bangun lebih awal, mencangkul, menyiangi rumput, menyiram sawah.   Tapi musim kemarau datang.   Hujan tidak turun selama 3 bulan.   Sawah kering. Benih mati.   Orang-orang bilang:   "Kamu sudah gagal. Berhentilah." Tapi petani itu tidak berhenti.   Dia tetap mencangkul tanah yang kering.   Anak-anak desa heran:   "Untuk apa mencangkul tanah kering?" Dia tersenyum:   > "Aku tidak mencangkul untuk menanam hari ini.   > Aku mencangkul agar tanah siap —   > saat hujan akhirnya turun." 6 minggu kemudian, hujan turun deras.   Petani itu langsung menabur benih.   Sementara petani lain masih sibuk memperbaiki lahan yang keras,   dia sudah mulai menanam.   Musim panen tiba.   Lahannya menghasilkan padi paling sub...