Langsung ke konten utama

Beli Pesawat 3× untuk ke Bali

Dinamika beli tiket pesawat 3× ke Bali. 

Untuk menghibur diri izinkan gua mengulang cerita tentang Hukum Aksi - Reaksi Emosi yaa. Ceritanya begini..


Seorang guru sedang melakukan sebuah percobaan. Pertama-tama, ia mengambil sebuah buku ensiklopedia yang besar dan berat. Lantas, si Guru itu berkata, "Perhatikan buku ensiklopedia yang tebal ini. Berapa beratnya? Mari kita timbang. Beratnya sekitar 1 Kg."


Lantas, si Guru itu berkata, " Buku ini akan menjadi semakin berat ataupun ringan bukan karena bobotnya, tetapi karena sesuatu yang akan kita taruh diatas nya. Kalau di atasnya gua taruh dan gua ikat dengan balon berisi gas Helium maka buku ini akan menjadi semakin ringan. Namun, kalau gua taruh batu di atasnya maka timbangan buku ini menjadi semakin berat!" Jadi, berat akhir dari buku ini akhirnya akan sangat tergantung pada sesuatu yang diletakkan di atasnya. 


Pernah punya masalah? So, pastilah ya. Namun, hal yang dikatakan oleh si Guru tersebut sebenarnya menggambarkan cara menyikapi masalah lu, terutama emosi. Apakah yang lu pilih akan meringankan atau justru memberatkan masalah lu? Kalau masalah lu beratnya hanya 1 kg, tetapi karena beban emosi lu 1 kg maka masalah itu menjadi 2 kg. Terasa berat sekali, bukan? Namun, kalau emosi lu yang berat justru mengangkat dan meringankan maka berat 1 kg itu bisa menjadi tinggal 0,5 kg. 


Memang betul, emosi kita bukan hitungan matematika. Intinya, emosi lu akan berperan besar terhadap yang terjadi dalam hidup lu. Inilah yang gua sebut, HUKUM AKSI REAKSI EMOSI. Misalnya, tiket pesawat lu hangus kayak gua sekarang ini. Kalau lu frustasi, jengkel dan marah-marah sampai stres berat, itu berarti lu menambah masalah pada problem lu. Setuju? Namun, kalau lu mulai berpikir, "Sudahlah, memang gua yang salah karena ngga detail dan terperinci (kesalahan pertama) dan karena ketiduran (kesalahan kedua), mendingan gua fokus cari solusi dan minta arahan sakti Bang Fandi, maka beban berat gua menjadi semakin ringan." Kira-kira begitu. AHAHA

Sederhananya begini, "INGAT, EMOSI LU BISA MEMBERATKAN ATAU MERINGANKAN BEBAN LU!"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesurupan Setan?

 CERITA: Obrolan di Warung Kopi yang Bikin Ustadz Nyerah Di sebuah warung kopi dekat kampus,  ada obrolan panas antara tiga orang:  - Aab, mahasiswa psikologi  - Ustadz Miqdam, dai muda yang aktif di kajian  - Pak Juki, tukang ojek yang suka baca Al-Qur’an sambil nunggu penumpang  Topiknya:  "Setan dan kesurupan itu nyata nggak sih?" Ustadz Miqdam langsung angkat suara: “Jelas nyata! Setan itu makhluk halus, diciptakan dari api, suka goda manusia, masuk ke tubuh lewat telinga, dan bikin orang kesurupan, teriak-teriak, sampai harus dipanggilkan guru spiritual!” Aab nyeruput kopi, lalu senyum: “Kalau setan bisa masuk lewat telinga… berarti dia kena otitis eksterna, Pak Ustadz.”  Semua tertawa.  Termasuk Ustadz Miqdam.  Tapi dia balik: “Kamu mau bantah dalil dengan canda?”  Aab santai: “Nggak, Pak. Saya mau bantah kebingungan dengan fakta.  Boleh saya tanya:  Kalau setan itu nyata, kenapa nggak pernah muncul di rekaman MRI? K...

Menghitung Uang, Waktu, dan Risiko

 Judul: Naka, Layya, dan Anin: Menghitung Uang, Waktu, dan Risiko Di sebuah kafe kecil dengan meja kayu yang sederhana, Naka, Layya, dan Anin berkumpul sambil berbagi cerita. Di antara suara gelas dan obrolan ringan yang ramai, Mereka membahas sesuatu yang nyata, sering dianggap remeh tapi penting di kehidupan ini: uang, waktu, dan risiko. Naka: "Kenapa Uang Itu Selalu Jadi Topik Penting?" Naka membuka percakapan dengan serius, “Kenapa sih, uang itu selalu jadi topik yang bikin semua orang serius? Aku lihat Ayah dan Ibu sering bicara soal anggaran, Kadang mereka terlihat khawatir, kadang mereka terlihat lega setelah membuat perhitungan.” Anin tersenyum sambil menyeruput teh, “Karena uang itu alat, Naka, bukan tujuan. Ayahku bilang, ‘Anin, uang itu bukan segalanya, Tapi kalau kamu nggak bisa mengelolanya, kamu bisa kehilangan banyak hal yang penting di dunia.’” Layya menimpali, “Benar. Ibu bilang, uang itu seperti benih, Kalau kamu tanam dengan baik, dia akan tumbuh menjadi po...

Petani dan Air Hujan

Cerita Singkat: Petani dan Air Hujan Di sebuah desa, hidup seorang petani muda yang rajin.   Setiap pagi dia bangun lebih awal, mencangkul, menyiangi rumput, menyiram sawah.   Tapi musim kemarau datang.   Hujan tidak turun selama 3 bulan.   Sawah kering. Benih mati.   Orang-orang bilang:   "Kamu sudah gagal. Berhentilah." Tapi petani itu tidak berhenti.   Dia tetap mencangkul tanah yang kering.   Anak-anak desa heran:   "Untuk apa mencangkul tanah kering?" Dia tersenyum:   > "Aku tidak mencangkul untuk menanam hari ini.   > Aku mencangkul agar tanah siap —   > saat hujan akhirnya turun." 6 minggu kemudian, hujan turun deras.   Petani itu langsung menabur benih.   Sementara petani lain masih sibuk memperbaiki lahan yang keras,   dia sudah mulai menanam.   Musim panen tiba.   Lahannya menghasilkan padi paling sub...