Langsung ke konten utama

Sahabat yang Tumbuh Bersama

 Judul: Naka, Layya, dan Anin: Sahabat yang Tumbuh Bersama

Di bawah pohon mangga yang rimbun, tiga sahabat itu berkumpul,

Naka, Layya, dan Anin duduk, sambil bercanda dan saling memanggul.

“Hari ini aku penasaran,” ucap Naka dengan mata bersinar,

“Nasihat orang tua kalian, apa yang bikin hidup kalian jadi benar?”

Layya mengangguk, Anin tersenyum,

Pertanyaan itu membuat suasana jadi lebih harum.

Mereka saling berpandangan, hati-hati memilih kata,

Sore ini, pelajaran penting akan dibuka bersama.

Layya dan Jujur yang Tak Gentar

“Dengar, Naka,” Layya mulai bicara,

“Ibuku bilang sesuatu yang buatku selalu merasa lega:

‘Jangan pernah bohong, meski kamu merasa takut,

Kejujuran itu seperti kaca yang bersih tanpa debu dan kalut.’”

Naka mengangguk, Anin penasaran,

“Apa kamu pernah bohong, terus akhirnya ketahuan?”

Layya tertawa kecil, mengingat cerita lama,

“Pernah aku sembunyiin nilai jelek, rasanya kayak drama!

Tapi Ibu bilang, ‘Layya, aku lebih bangga

Kalau kamu jujur, meski nilai tak memukau seperti bintang di angkasa.’

Sejak itu aku belajar, lebih baik mengaku salah,

Daripada hidup dalam bayang-bayang dosa yang salah.”

Anin dan Berani Mencoba

“Kalau aku,” Anin mengambil giliran,

“Bapakku bilang hal yang bikin aku berani melangkah ke depan:

‘Anin, dunia ini penuh pintu-pintu kesempatan,

Kamu nggak akan tahu apa isinya, kalau nggak berani mengetuknya, walau pelan.’”

Layya tertawa, “Tapi kalau pintunya dikunci, gimana?”

Anin menjawab, “Ya cari kunci, atau ketuk lebih lama!

Aku dulu takut ikut lomba pidato di sekolah,

Tapi Ayah bilang, ‘Kalau gagal, itu hanya satu langkah yang lelah.’”

Naka terkagum, “Jadi, kamu belajar dari kegagalan?”

Anin mengangguk, “Iya, dan itu jauh lebih baik dari diam dan ketakutan.”

“Aku pengen coba juga, tapi kadang aku ragu,”

“Tenang, Naka,” sahut Anin, “Kami selalu ada buatmu!”

Naka dan Hati yang Mendengar

Naka menghela napas, lalu ikut bercerita,

“Kalau aku, Ayahku bilang sesuatu yang buatku sering lupa:

‘Naka, jangan cuma dengar dengan telinga,

Dengar juga dengan hatimu, supaya kamu paham rasa orang di sekitarmu.’”

Layya bertanya, “Apa maksudnya, Naka? Bukannya dengar ya dengar?”

Naka tersenyum, “Beda, Layya. Dengarkan cerita tanpa mengukur.

Ayah bilang, kalau teman lagi sedih atau senang,

Cobalah untuk hadir, bukan cuma bilang ‘oh ya’ lalu hilang.”

Anin berpikir, “Aku juga suka dengar, tapi nggak selalu paham,

Mungkin aku terlalu sibuk mikirin apa yang aku anggap.”

Naka mengangguk, “Aku juga belajar, nggak selalu mudah,

Tapi kalau kita peduli, hati kita akan tumbuh lebih indah.”

Persahabatan yang Menguatkan

Sore semakin temaram, matahari mulai tenggelam,

Tapi hati mereka bertiga justru semakin dalam.

“Naka, Layya, Anin, kita ini beruntung, ya,” kata Layya,

“Bisa saling belajar dan tumbuh bersama.”

“Betul,” Anin tersenyum lebar,

“Kalian teman yang buat aku berani melangkah lebih benar.”

“Dan kalian juga yang bikin aku ingat,” tambah Naka,

“Bahwa dunia ini jadi indah kalau kita mendengar dan saling menjaga.”

Mereka bertiga berjanji di bawah langit senja,

Untuk selalu mendukung, apa pun rintangannya.

Sebab persahabatan itu seperti pohon mangga tempat mereka berbincang,

Tumbuh besar, kuat, dan berbuah kebaikan yang tak pernah hilang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesurupan Setan?

 CERITA: Obrolan di Warung Kopi yang Bikin Ustadz Nyerah Di sebuah warung kopi dekat kampus,  ada obrolan panas antara tiga orang:  - Aab, mahasiswa psikologi  - Ustadz Miqdam, dai muda yang aktif di kajian  - Pak Juki, tukang ojek yang suka baca Al-Qur’an sambil nunggu penumpang  Topiknya:  "Setan dan kesurupan itu nyata nggak sih?" Ustadz Miqdam langsung angkat suara: “Jelas nyata! Setan itu makhluk halus, diciptakan dari api, suka goda manusia, masuk ke tubuh lewat telinga, dan bikin orang kesurupan, teriak-teriak, sampai harus dipanggilkan guru spiritual!” Aab nyeruput kopi, lalu senyum: “Kalau setan bisa masuk lewat telinga… berarti dia kena otitis eksterna, Pak Ustadz.”  Semua tertawa.  Termasuk Ustadz Miqdam.  Tapi dia balik: “Kamu mau bantah dalil dengan canda?”  Aab santai: “Nggak, Pak. Saya mau bantah kebingungan dengan fakta.  Boleh saya tanya:  Kalau setan itu nyata, kenapa nggak pernah muncul di rekaman MRI? K...

Menghitung Uang, Waktu, dan Risiko

 Judul: Naka, Layya, dan Anin: Menghitung Uang, Waktu, dan Risiko Di sebuah kafe kecil dengan meja kayu yang sederhana, Naka, Layya, dan Anin berkumpul sambil berbagi cerita. Di antara suara gelas dan obrolan ringan yang ramai, Mereka membahas sesuatu yang nyata, sering dianggap remeh tapi penting di kehidupan ini: uang, waktu, dan risiko. Naka: "Kenapa Uang Itu Selalu Jadi Topik Penting?" Naka membuka percakapan dengan serius, “Kenapa sih, uang itu selalu jadi topik yang bikin semua orang serius? Aku lihat Ayah dan Ibu sering bicara soal anggaran, Kadang mereka terlihat khawatir, kadang mereka terlihat lega setelah membuat perhitungan.” Anin tersenyum sambil menyeruput teh, “Karena uang itu alat, Naka, bukan tujuan. Ayahku bilang, ‘Anin, uang itu bukan segalanya, Tapi kalau kamu nggak bisa mengelolanya, kamu bisa kehilangan banyak hal yang penting di dunia.’” Layya menimpali, “Benar. Ibu bilang, uang itu seperti benih, Kalau kamu tanam dengan baik, dia akan tumbuh menjadi po...

Petani dan Air Hujan

Cerita Singkat: Petani dan Air Hujan Di sebuah desa, hidup seorang petani muda yang rajin.   Setiap pagi dia bangun lebih awal, mencangkul, menyiangi rumput, menyiram sawah.   Tapi musim kemarau datang.   Hujan tidak turun selama 3 bulan.   Sawah kering. Benih mati.   Orang-orang bilang:   "Kamu sudah gagal. Berhentilah." Tapi petani itu tidak berhenti.   Dia tetap mencangkul tanah yang kering.   Anak-anak desa heran:   "Untuk apa mencangkul tanah kering?" Dia tersenyum:   > "Aku tidak mencangkul untuk menanam hari ini.   > Aku mencangkul agar tanah siap —   > saat hujan akhirnya turun." 6 minggu kemudian, hujan turun deras.   Petani itu langsung menabur benih.   Sementara petani lain masih sibuk memperbaiki lahan yang keras,   dia sudah mulai menanam.   Musim panen tiba.   Lahannya menghasilkan padi paling sub...