Cerita Pak Darmo: Dari Takut Hantu ke Pelopor Sanitasi RT
Dulu, di sebuah kampung di Jawa Tengah, hidup Pak Darmo.
Seorang bapak tiga anak, taat beribadah, rajin ke pengajian, dan sangat percaya pada alam gaib.
Kalau malam ada suara aneh, dia yakin itu kuntilanak.
Kalau anaknya demam, dia kira kena santet.
Kalau lampu mati tiba-tiba, pasti ada makhluk halus.
Ia bahkan pernah bakar dupa tiap malam Jumat, tabur beras kuning, dan larang anaknya main ke sumur tua "Bisa kena ilmu hitam!"
Tapi suatu hari, anak bungsunya, Rina, sakit panas tinggi selama tiga hari.
Dibawa ke dukun: "Ada yang dengki, Pak. Anak Bapak kena teluh."
Diberi ramuan, doa, air kembang.
Rina sempat turun panas, tapi dua hari kemudian naik lagi.
Pak Darmo hampir putus asa.
Tapi kakak Rina, yang kuliah di jurusan Biologi, bilang: "Ayah, boleh saya bawa darah Rina ke kampus? Saya mau tes malaria."
Pak Darmo ragu. "Ini bukan malaria, Nak. Ini gangguan alam!"
Tapi karena kasihan sama Rina, ia izinkan.
Hasilnya: positif malaria.
Ternyata, di belakang rumah, ada genangan air yang tidak pernah dikuras — sarang nyamuk Anopheles.
Nyamuk itulah yang menggigit Rina, membawa parasit Plasmodium.
Bukan santet.
Bukan dengki.
Tapi NYAMUK.
Titik Balik
Pak Darmo bertanya:
"Kalau cuma nyamuk, kenapa gejalanya kayak kerasukan? Demam naik turun, mimpi buruk, lemas?"
Kakak Rina menjelaskan:
"Itu reaksi imun tubuh melawan parasit. Suhu naik buat bunuh kuman. Mimpi buruk karena demam tinggi ganggu otak. Itu semua fisik, Ayah. Bisa dijelaskan, bisa diobati."
Pak Darmo diam.
Untuk pertama kalinya, apa yang ia kira gaib, ternyata punya akar di dunia nyata.
Ia mulai belajar.
Baca buku kecil tentang kesehatan.
Nonton video YouTube soal penyakit tropis.
Tanya ke bidan desa: "Kenapa anak-anak sering batuk kalau musim hujan?"
Jawabannya: kelembapan + debu + jamur di dinding, bukan kena SANTET udara.
Lama-lama, ia sadar:
Ketakutannya selama ini bukan karena alam gaib... tapi karena ketidaktahuan.
Mari berpikir dan menjalani hidup secara WAJAR dan SEAPAADANYA.
After: Pak Darmo yang Baru
Ia tidak berhenti beriman.
Masih sholat. Masih percaya Tuhan.
Tapi sekarang, iman dan akal jalan bareng.
Ia ajak warga:
- Bersihkan selokan.
- Tutup toren air.
- Gunakan kelambu.
- Vaksin anak tepat waktu.
Ia bahkan bikin poster sederhana: "Demam? Jangan langsung tuduh santet. Cek suhu. Cek darah. Cek nyamuk di rumah."
Warga awalnya mencibir.
Tapi saat kasus malaria turun 70% dalam setahun, mereka mulai dengar.
Kini, Pak Darmo jadi koordinator kesehatan warga.
Bukan dukun. Bukan pawang.
Tapi orang yang tahu: alam punya aturan, dan aturan itu bisa dipahami.
Penutup: Transformasi Bukan Penyangkalan
Pak Darmo tidak kehilangan iman.
Ia memperdalamnya.
Karena bagi dia, MENGAMATI ALAM, MENJAGA KESEHATAN, MENCEGAH PENYAKIT itu juga ibadah.
Dan ia SADAR:
SAINS bukan lawan iman.
Sains adalah teropong untuk melihat keajaiban Tuhan dengan LEBIH JELAS.
Bukan lewat takhayul, tapi lewat PEMAHAMAN.
Pesan untukmu:
Kamu tidak harus memilih antara logika atau budaya, antara sains atau keluarga.
Seperti Pak Darmo, kamu bisa jadi JEMBATAN.
Karena PERUBAHAN BESAR selalu DIMULAI dari satu PERTANYAAN KECIL:
"Benarkah ini AJAIB? Atau aku belum paham mekanismenya?" Sederhanakan saja, Brodih. Hihi
Dan di situlah, MANUSIA MULAI TUMBUH.
Dari keresahan Ibuku, aku di sini untuk membantumu berpikir lebih jernih lebih bening di tengah budaya yang sering kabur antara rasa dan fakta. #scientific
Ada keresahan serupa? Mari kita diskusikan. Siapa tahu berkenan menjadi tulisan seperti ini agar menjadi perantara terbukanya pintu-pintu keSADARan.
Yes, "Jujur Apa Adanya, Tidak ditambah dan Tidak dikurang. Kata Mentorku, JUJUR itu MEMBUAT TUBUH LEBIH SEHAT."
Scientific ngga? Ya, dong. Kalau mau tahu materinya, boleh ikut kelas privat Certified Statement Analyst bareng gua next time yaa. Mumpung masih PROMO HANYA 499K, sudah dapat lisensi dan gelar non akademik CSA. Sertifikasi langsung turun dari @deteksi.kebohongan
Kuy, PRACTICE & REPETATIONS!
Salam,
Nuzulul Fajar, Sarjana Alam Gaib., CT.SA.
Komentar
Posting Komentar